GROBOGAN – SUARA JAVAINDO, Pada hari Jum’at (28/02/25) telah di laksanakan peresmian Makam Simbah kyai Truno yang berlokasi di Desa Sumber, RT 04 RW 08 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan, makam tersebut terletak di area perbukitan, yaitu Bukit Pertapan bersebelahan dengan sumber air yang melimpah.
Masarakat menyebutnya Giri Tirto (Giri itu Gunung dan Tiro adalah Air- red), jadi artinya adalah sumber air pegunungan. Lokasinya juga berbatasan langsung dengan lahan milik Perhutani dan Dinas Perikanan
Akses menuju lokasi makam dapat ditempuh dari Jalan Raya Karangrayung – Juwangi, tepatnya di kawasan Bukit Pertapan bersebelahan dengan Guwa Lawa atau di belakang SMA NEGERI 1 KARANGRAYUNG. Dari gapura masuk ke kanan ke Desa Sumber, lurus kedepan sekitar (-+) 400 meter atau di belakang Gedung Dinas Perikanan.
Awal pembangunan.
Mulai dibangun pada tgl 28 Juni 2024, kemudian makam Eyang Kyai Truno serta pendopo Djoang Palenggahan Bangun Sasano Religi tersebut diresmikan pada hari Jumat Legi tgl 28 Februari 2025. Ditandai dengan prosesi potong pita yang dilakukan oleh Sekcam Karangrayung Kabupaten Grobogan dengan didampingi oleh Kapolsek Karangrayung, Komandan Koramil 14 Karangrayung. Selain itu juga dihadiri oleh unsur Forkopimcam Karangrayung beserta masyarakat setempat.
Ketua panitia pembangunan makam,
Adalah Sersan Kepala Mayadi, anggota Koramil 14 Karangrayung Kodim 0717/Grobogan. Dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa tenaga pembangunan makam ini dilakukan secara sengkuyung atau gotong royong oleh masyarakat, termasuk dalam hal pendanaan.
Tujuan pembangunan makam ini adalah agar makam Simbah kyai Truno dapat dijadikan salah satu obyek wisata religi oleh masyarakat lokal maupun dari luar kab Grobogan, yang mulai dibuka untuk umum. Juga berharap agar pemuda pemudi masa kini bisa melanjutkan cita-cita perjuangan Kyai Truno atau ikut nguri uri peninggalan leluhur.
Sekilas tentang Simbah Kyai Truno, dalam ceramahnya Gus Zainal Santri Ndeso di sampaikan, beliau (Kyai Truno- Red) adalah seorang telik sandi atau intelijen yang menyamar di markas Penjajah Belanda masa itu. Dulunya memang tempat itu adalah sebagai markas Belanda, terbukti bahwa ditempat itu yaitu dibawah makam Simbah Kyai Truno terdapat banyak makam belanda, dari keluarga Mr Charli.
Tidak ada yang tahu beliau ( Kyai Truno) berasal dari mana, hanya hasil dari sambung lidah atau “tutur-tinular” dari beberapa kasepuhan yang bisa di percaya, menyebutkan bahwa Kyai Truno dulunya adalah Telik Sandi dan hidup di era perang Diponegoro, begitu Gus Zainal Santri Ndeso menyampaikan.
Bicara sejarah itu bisa saja keliru tapi tidak boleh bohong, karena masing masing tokoh sejarah perjuangan akan saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam konteks masa kini inteligen setara dengan pasukan khusus BIN (Badan Intelijen Negara). Selain dikenal sebagai telik sandi, Simbah Kyai Truno juga mendalami spiritual dengan mendekatkan diri melalui semedi hingga akhir hayatnya di tempat tersebut yang saat ini menjadi makamnya yang merupakan peristirahatan terakhir nya.
Bisa di simpulkan, bahwa Kyai Truno adalah salah satu leluhur pejuang bangsa yang turut berkontribusi dalam memperjuangkan Kemerdekaan tahun 1945.
“Cerita tentang perjuangan dan pengabdian Simbah kyai Truno diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda, agar kita semakin menghargai jasa dan pengorbanan para leluhur”, pungkas Gus Zainal. (Red)