Mengapa Bendera Bajak Laut Berkibar Menjelang Hari Kemerdekaan ?

Oplus_0

SEMARANG [Suarajavaindo] – Jelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, pemandangan tak biasa muncul di sejumlah lingkungan permukiman hingga komunitas anak muda. Di antara bendera merah putih yang mulai dikibarkan, tampak pula bendera bajak laut bergambar tengkorak khas anime One Piece ikut menghiasi tiang-tiang bambu dan balkon rumah.

Fenomena ini menuai beragam reaksi. Sebagian menilainya sebagai ekspresi kebebasan berekspresi dan budaya pop global, tapi tak sedikit pula yang menyoroti kemunculan simbol fiksi itu sebagai bentuk kegamangan identitas nasional—terutama di kalangan generasi muda.

Apakah ini sekadar tren media sosial? Atau justru cerminan diam-diam dari kejenuhan generasi muda terhadap simbol-simbol nasional yang terasa jauh dan kaku?

Di satu sisi, One Piece adalah karya fiksi yang menyuarakan tema kebebasan, keadilan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan sistemik. Nilai-nilai ini, menariknya, mungkin lebih terasa “hidup” di mata sebagian anak muda dibanding pidato kenegaraan yang terasa formal dan terputus dari realitas mereka sehari-hari.

Namun di sisi lain, pengibaran bendera asing bahkan yang fiktif di momen sakral kenegaraan seperti Hari Kemerdekaan, tetaplah memicu pertanyaan besar soal arah nasionalisme kita hari ini. Apakah ini sinyal bahwa bangsa ini gagal memelihara rasa memiliki di generasi mudanya terhadap simbol-simbol kenegaraan?

Apalagi jika kita melihat bahwa para pemuda yang mengibarkan bendera tersebut bukan anti-NKRI, bukan juga apatis terhadap sejarah. Mereka justru kritis, cerdas, dan terhubung dengan dunia. Tetapi bisa jadi, mereka merasa bahwa simbol negara yang sakral dan penuh makna tak lagi mampu menjembatani semangat zamannya.

Oleh karena itu, daripada hanya mengecam, inilah saatnya negara hadir dengan pendekatan budaya yang dialogis. Kita butuh merancang ulang strategi komunikasi kebangsaan yang bisa beresonansi dengan imajinasi dan semangat zaman generasi digital. Nasionalisme tidak cukup diajarkan lewat pidato dan baris-berbaris, tetapi lewat narasi-narasi yang menyentuh, membumi, dan inspiratif.

Bukan berarti kita harus membiarkan bendera bajak laut berkibar di hari kemerdekaan. Tapi kita juga tak boleh menutup mata bahwa ada pesan yang sedang disampaikan oleh generasi ini. Dan pesan itu tidak bisa dijawab dengan ancaman, tetapi dengan pengertian dan pembaruan cara berpikir.

Jika tidak, jangan kaget jika ke depan bukan hanya bendera One Piece tapi juga simbol-simbol fiksi lain akan menggantikan ruang yang seharusnya diisi oleh lambang-lambang kebanggaan nasional.

@Taufiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *