Gantikan UN, TKA Bakal Jadi Indikator Masuk SMP dan SMA?

Oplus_0

SEMARANG SUARAJAVAINDO – Penghapusan Ujian Nasional (UN) telah menjadi salah satu langkah besar dalam transformasi pendidikan di Indonesia. Kini, wacana baru muncul dengan hadirnya Tes Kemampuan Akademik (TKA) sebagai indikator utama penerimaan siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

TKA, yang dirancang untuk mengukur kemampuan dasar siswa dalam bidang tertentu, dianggap sebagai solusi yang lebih relevan dibandingkan UN. Tujuannya adalah menilai potensi akademik siswa secara lebih objektif, tanpa tekanan besar yang sering dihadapi saat pelaksanaan UN. Namun, pertanyaannya, apakah TKA benar-benar dapat menjadi jawaban atas kebutuhan evaluasi pendidikan di era modern ini?

Di satu sisi, TKA menawarkan pendekatan yang lebih fokus pada kemampuan individu dibandingkan sekadar penguasaan materi kurikulum. Sistem ini diharapkan dapat menciptakan proses seleksi yang lebih adil dan tidak diskriminatif. Selain itu, penerapan TKA juga dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam terkait kesiapan siswa melanjutkan pendidikan.

Namun, keberhasilan TKA tidak terlepas dari tantangan besar, seperti ketersediaan infrastruktur pendidikan yang merata dan kesiapan guru untuk menghadapi sistem penilaian baru. Apalagi, masih ada kekhawatiran tentang bagaimana TKA dapat mengurangi kesenjangan pendidikan antara sekolah di perkotaan dan pedesaan.

Pergeseran dari UN ke TKA menjadi momentum penting untuk mereformasi sistem pendidikan. Namun, implementasi TKA harus didukung oleh pelatihan guru, peningkatan kualitas materi ajar, dan penguatan infrastruktur sekolah. Jika tidak, TKA berpotensi menjadi sekadar “kemasan baru” tanpa menyelesaikan masalah mendasar.

Dalam konteks ini, semua pihak, mulai dari pemerintah, pendidik, hingga orang tua, perlu berperan aktif. Reformasi pendidikan tidak hanya membutuhkan perubahan sistem, tetapi juga perubahan pola pikir bahwa evaluasi akademik harus diarahkan untuk mengembangkan potensi siswa, bukan sekadar mengukur hasil akhir.

Apakah TKA dapat menjawab kebutuhan masa depan pendidikan? Waktu yang akan menentukan. Yang jelas, reformasi pendidikan harus terus berjalan menuju sistem yang lebih inklusif, adil, dan relevan bagi generasi penerus bangsa. (M.Taufiq)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *